Panggilan Ibu Pertiwi dan Perjuangan Tanpa Akhir untuk Pasaman, Welly Suheri Siap Berjuang
Pasaman, Lamosai.com - Dalam hidup seorang pejuang, ada saat di mana takdir memanggilnya untuk sesuatu yang lebih besar. Welly Suheri, atau yang akrab disapa Da Pode, bukan hanya seorang pemimpin yang dicintai rakyat, ia adalah seorang pejuang yang lahir dari rakyat, berjuang untuk rakyat, dan kini rakyat pun berjuang untuknya.
Panggilan Ibu Pertiwi bukan sekadar kata-kata. Itu adalah suara hati, amanah dari tanah kelahiran yang menuntut keberanian, keteguhan, dan pengorbanan. Dan bagi Welly Suheri, panggilan itu bukan sesuatu yang bisa diabaikan.
Perjuangan panjangnya dimulai dari bawah, dari lorong-lorong kehidupan rakyat kecil, dari peluh yang menetes di tanah Pasaman. Tahun 2019, ia memberanikan diri melangkah ke panggung politik dengan satu tekad, menjadi wakil rakyat yang sesungguhnya.
Saat itu, Welly Suheri hanyalah nama asing bagi banyak orang. Ia bukan pejabat karir yang sudah puluhan tahun berada di pemerintahan. Ia bukan bagian dari elite yang dikenal di seluruh Pasaman. Dua lawannya di Pilkada 2024 sudah lama mengakar dalam birokrasi, satu telah menjadi pejabat karir selama 30 tahun, dan satu lagi telah menjabat sebagai pejabat politik sejak 2009.
Sedangkan Welly? Ia baru memulai langkahnya di 2019. Bahkan, saat itu, ia hanya dikenal di dua nagari dari puluhan nagari yang ada di Kecamatan Lubuk Sikaping.
Tak ada kekuatan besar di belakangnya. Tak ada janji-janji manis yang ditebar. Yang ada hanya kerja keras, kepercayaan, dan ketulusan.
Rakyat melihat itu. Lebih dari 2.000 suara mengantarkannya ke DPRD Pasaman. Kemenangan itu bukan hanya angka, tetapi simbol bahwa rakyat percaya padanya, bahwa rakyat menginginkan perubahan.
Lima tahun berlalu. Tahun 2024, ia kembali bertarung di Pileg. Kali ini, rakyat berbicara lebih lantang. Suaranya menggema di seantero Dapil I. Lebih dari 3.000 suara kembali mengukuhkannya sebagai peraih suara terbanyak. Ia tak sekadar dipilih, ia diharapkan, ia diinginkan, ia dicintai.
Namun, panggilan Ibu Pertiwi berbicara lebih lantang. Pasaman tak hanya membutuhkan seorang pejuang di legislatif, tetapi juga seorang pemimpin eksekutif. Welly Suheri menjawab panggilan itu dengan hati yang teguh.
Ia meninggalkan kursi DPRD yang sudah dalam genggaman, memilih jalan yang lebih berat, lebih penuh tantangan, tetapi juga lebih bermakna: bertarung di Pilkada Pasaman 2024.
Lagi-lagi rakyat berbicara. Lebih lantang dari sebelumnya.
Saat awal memasuki Pilkada, Welly Suheri berangkat dari popularitas dan elektabilitas nol, bahkan minus. Ia tidak memiliki nama besar. Ia tidak punya kekuatan birokrasi. Ia hanya punya rakyat. Namun, ia percaya pada satu hal, bahwa rakyatlah kekuatan sejati.
Saat suara dihitung, harapan rakyat tergambar jelas. Welly Suheri meraih lebih dari 51.000 suara. Ia menang. Ia telah dipilih. Pasaman telah memanggilnya untuk memimpin.
Namun, perjuangan tak selalu mudah. Takdir sekali lagi menguji keteguhan seorang Da Pode.
Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) datang seperti badai. Wakilnya didiskualifikasi. Pemilihan diulang. Ia harus kembali menghadapi ujian yang lebih besar.
Bagi sebagian orang, ini mungkin akhir. Tapi tidak bagi seorang Welly Suheri. Seperti air yang tetap mengalir meski batu menghadang, seperti matahari yang tetap terbit meski malam menguasai, Da Pode tak akan mundur.
Ia tidak akan membiarkan perjuangannya dan harapan rakyat Pasaman kandas begitu saja. Jika harus bertarung lagi, maka ia akan bertarung dengan lebih kuat, dengan tekad yang lebih membara.
Namun kali ini, ia tidak berjuang sendirian. Rakyat tidak hanya mendukungnya, mereka kini berjuang bersamanya.
Di pelosok-pelosok kampung, warga Pasaman tetap percaya. Mereka melihat dalam dirinya bukan sekadar seorang pemimpin, tetapi seorang kawan seperjuangan.
Di warung-warung kopi, di sawah-sawah, di rumah-rumah warga, suara rakyat berbisik:
“Kami tetap bersamamu, Da Pode. Ini bukan hanya perjuanganmu. Ini perjuangan kita bersama.”
Di setiap langkah, rakyat ada di sampingnya. Saat ia turun ke lapangan, ia tidak hanya melihat angka-angka suara, tetapi wajah-wajah penuh harapan. Harapan dari petani, pedagang, buruh, guru, anak-anak muda, dan orang tua yang percaya bahwa Pasaman bisa lebih baik.
Kini, perjuangan ini bukan lagi milik Welly Suheri seorang. Ini adalah perjuangan seluruh rakyat Pasaman. Ia telah membuktikan dirinya di Pileg. Ia telah membuktikan dirinya di Pilkada. Dan kini, rakyat yang akan membuktikan bahwa mereka tidak akan meninggalkannya.
Seorang pejuang sejati tidak diukur dari seberapa sering ia menang, tetapi dari seberapa teguh ia berdiri saat diuji oleh keadaan. Welly Suheri telah berjuang untuk rakyat, dan kini rakyat berjuang untuknya.
Ini bukan hanya perjuangan Da Pode. Ini adalah perjuangan kita semua.
Bersama kita kuat.
Bersama kita menang.
Bersama kita pastikan Pasaman mendapatkan pemimpin yang lahir dari rakyat, berjuang untuk rakyat, dan menang bersama rakyat.
Pasaman, bersiaplah. Welly Suheri kembali.
Bukan karena ambisi pribadi.
Bukan karena jabatan semata.
Tetapi karena panggilan hati.
Karena Pasaman membutuhkan pemimpin yang tak hanya bicara, tetapi berjuang.
Dan Da Pode adalah pejuang itu.#PasamanBangkit #BersamaRakyat #PejuangTakKenalMenyerah #RakyatBerjuangUntukDaPode(**).
No comments